Virus dan Viroid Pada
Tanaman
Virus adalah parasit
obligat yang amat sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop
elektron. Tidak serupa dengan bakteri dan jamur, virus tidak terdiri atas
sel-sel, melainkan terdiri atas selubung atau cangkang protein yang disebut ‘capsid’,
yang mengelilingi genom asam ribonukleat (Ribonucleic Acid,RNA) atau
asam deoksiribonukleat (Deoxyribonucleic Acid, DNA). Virus hanya dapat
memperbanyak diri di dalam sel hidup dengan komando yang diberikan oleh proses
genetik tanaman yang terinfeksi. Sumber energi tanaman dengan demikian dialihkan
untuk mengembang-biakkan virus. Infeksi virus mengganggu fungsi normal tanaman
seperti fotosintesis dan pertumbuhan.
Serangga pengisap cairan
misalnya kutu daun dan wereng daun seringkali menyebarkan virus. Bibit tanaman
vegetatif yang terinfeksi memegang peranan penting dalam penyebaran virus.
Virus seringkali bertahan hidup pada inang lainnya yang tumbuh sebagai gulma.
Viroid adalah molekul-molekul asam ribonukleat yang
bundar dengan bobot molekul
rendah, tidak memiliki selubung protein, dan
menginfeksi sel-sel tanaman,
menggandakan diri dan menyebabkan penyakit.
Viroid ditularkan secara mekanis
selama pemangkasan tanaman, melalui penyebaran
biji dan perkembang-biakkan
vegetatif misalnya okulasi.
a). Jenis
virus dan catatan-catatan
Jenis-jenis
virus tidak harus selalu berhubungan dengan spesimen karena virus tidak merupakan
organisme berbentuk sel. Jenis-jenis virus tanaman, seperti yang dikenal oleh ‘International
Committee on Taxonomy of Viruses’ (ICTV) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ICTV/),
dipertelakan dan diidentifikasi, atas dasar kepemilikan
kombinasi yang
unik dari beberapa sifat termasuk:
Jenis tanaman yang secara alami terinfeksi
virus;
Gejala-gejala pada tanaman yang secara
alami terinfeksi pada beberapa tingkat infeksi;
Cara penyebaran, misalnya melalui
persentuhan, biji, serbuk sari, dan vektor;
Berbagai jenis yang rentan terhadap
infeksi percobaan;
Bentuk partikel virus;
Sifat khas biokimia
protein dan asam nukleat virus;
Pembandingan
rangkaian dan organisasi gen dengan virus lain yang telah dikenal; dan
Serologi.
Alasan mengapa
catatan-catatan virus tanaman seringkali tidak dikaitkan dengan spesimen-spesimen
tanda bukti ialah karena sampai saat ini, belum mungkin untuk menyimpan
spesimen-spesimen virus dalam keadaan hidup. Umumnya virus tidak stabil
walaupun dikering-bekukan. Sekarang sudah ada metode yang canggih untuk penyimpanan
virus jangka panjang, misalnya dengan mengklon genomnya dalam bakteri. Oleh
karena itu catatan-catatan tentang virus jarang berdasarkan spesimen. Malahan catatan-catatan
tentang virus sering berdasarkan sifat-sifat yang tercatat, misalnya teks yang
deskriptif, foto, data percobaan, sederetan gen, dan serologi. Informasi tentang
sebagian besar virus yang menginfeksi tanaman dapat ditemukan pada pangkalan
data VIDE (Virus Identification Data Exchange) (http://image.fs.uidaho.edu/vide/refs.htm#descriptions).
Virus bentuk-batang
Virus bentuk-batang,
termasuk virus mosaik tembakau (Tobacco Mosaic Virus,TMV) umumnya
berdiameter 3–25 nm dan panjangnya 150–2000 nm, bergantung kepada panjang
RNA-nya. Partikel virus dapat berbentuk batang lurus, melengkung atau bengkok.
Struktur umum virus ini terdiri atas RNA dan subunit protein yang tersusun
dalam sebuah uliran.
Virus isometrik
Virus isometrik dapat
dijumpai tunggal atau dalam pasangan dengan diameter 20–70 nm. Di bawah
mikroskop elektron virus ini tampak mempunyai struktur geometris dengan simetri
ikosahedral, yaitu mempunyai 12 puncak dan 20 permukaan bersegitiga. Contohnya,
Cauliflower Mosaic Virus (CaMV).
Virus bentuk basil
Virus bentuk basil
mempunyai bentuk mirip dengan bakteri dalam marga Bacillus.Virus ini
kadang diselimuti oleh selubung. Contohnya antara lain, Alfalfa Mosaic Virus
(AMV) dan Sugarcane Bacilliform Virus (SCBV). Beberapa cara dapat
digunakan untuk mengidentifikasi virus tanaman. Para
ahli virologi tanaman seringkali memelihara tanaman herba indikator di dalam
rumah kaca bebas serangga, yang dapat digunakan untuk mempelajari daya tular
virus dan berbagai tanaman inang. Tanaman-tanaman ini memperlihatkan gejala-gejala
yang berbeda bila diinokulasi dengan virus yang berbeda. Gejala-gejala saja
biasanya tidak cukup untuk identifikasi yang meyakinkan. Teknik-teknik
laboratorium seperti serologi, mikroskop elektron, dan analisis asam nukleat
harus digunakan dalam identifikasi virus.
b). Gejala virus
Gejala-gejala penyakit yang
tampak, yang disebabkan oleh infeksi virus seringkali dapat dilihat oleh
seorang pembuat diagnosa yang berpengalaman. Ada dua tipe gejala utama penyakit virus,
yaitu yang diakibatkan oleh infeksi primer pada tanaman inang, misalnya bilur,
dan yang disebabkan infeksi sekunder atau sistemik, contohnya mosaik. Tidak
seperti jamur patogen, virus hanya dapat masuk ke dalam sel tanaman melalui
luka, seperti rambut-rambut epidermis yang putus, luka lecet ringan, atau
lubang dalam lapisan sel epidermis yang seringkali disebabkan oleh gigitan
serangga. Gejala awal yang berkembang pada tempat masuknya virus ke dalam sel tanaman
disebut gejala lokal dan seringkali jelas berbentuk areal sel-sel yang sakit, yang
disebut bilur. Bilur bervariasi ukurannya, dari sebesar titik ujung jarum
sampai bercak yang lebih besar, yang dapat menjadi klorotik, karena hilangnya
klorofil, atau nekrotik (jika sel-sel mati). Bilur seringkali terjadi setelah
penularan virus melalui cairan tanaman secara mekanis ke permukaan daun dan
kadang-kadang setelah dimakan serangga yang membawa virus, seperti kutu daun,
walaupun hal ini jarang terjadi. Pada beberapa interaksi antara inang dan
virus, virus tidak mampu menyebar ke luar lokasi awal infeksi dan bilur lokal
mungkin merupakan satu-satunya gejala yang dapat diamati. Tipe reaksi yang
sangat terbatas ini disebut reaksi hipersensitif. Jika virus tidak ditahan,
virus akan menyebar ke dalam mesofil daun. Segera sesudah virus mencapai sistem
jaringan pembuluh, virus akan menyebar sangat cepat keseluruh tanaman, sehingga
mengakibatkan terjadinya infeksi sekunder atau sistemik. Kebanyakan virus
berpindah melalui floem. Gejala sekunder atau gejala sistemik mungkin dapat
menghasilkan perubahanperubahan yang dapat dilihat, contohnya klorosis dan
layu, dan perubahan internal seperti terbentuknya struktur sel yang abnormal,
yang hanya dapat diamati dengan bantuan mikroskop cahaya atau mikroskop
elektron. Gejala mosaik terjadi jika sel-sel tertentu dalam organ tanaman yang dipengaruhi
virus, biasanya daun, terinfeksi dan berubah warna, sementara sel-sel lainnya
tampak normal. Sel-sel yang terinfeksi biasanya berwarna hijau pucat, karena produksi
klorofil berkurang. Bentuk dan pola gejala-gejala mosaik sangat bervariasi bergantung
kepada tanamannya. Pada jenis-jenis monokotil, gejala ini biasanya tampak
berbentuk garis atau goresan. Pada jenis-jenis dikotil, bila bagian yang warnanya
berubah bentuknya bundar, seringkali diacu sebagai moreng (bilur,mottle),
burik klorotik (chlorotic flecking), bercak dan blobor. Pada beberapa
interaksi antara virus dan tanaman inang, seluruh daun mungkin menjadi kuning
disebabkan oleh berkurangnya produksi klorofil dan hancurnya kloroplas. Hal ini
merupakan gejala utama yang ada hubungannya dengan virus-virus ‘menguning’, bit
kuning, dan jelai kerdil kuning. Gejala menguning biasanya mulamula diamati
berupa klorosis antar vena, dan kadang-kadang di areal yang berbatasan dengan
jaringan-jaringan pembuluh tetap hijau, yang berlainan dengan bagian-bagian
daun lainnya. Walaupun demikian, virus-virus tertentu menyebabkan vena
menguning (vein yellowing) dan vena tembus cahaya (vein clearing),
misalnya penyakit lettuce big vein dan Turnip Mosaic Virus (TuMV).
Bercak cincin adalah gejala yang biasanya terjadi ketika areal yang berpenyakit
terbatas pada lingkaran sel yang terinfeksi. Sel-sel yang terinfeksi ini dapat
menjadi klorosik atau nekrosik. Cincin dapat terjadi dalam lingkaran konsentris
Bercak cincin dapat pula terjadi pada batang dan buah, walaupun umumnya terjadi
pada daun. Contoh virus yang menyebabkan bercak cincin termasuk Tomato
Spotted Wilt Virus (TSWV) dan Papaya Ringspot Virus (PRSV). Nekrosis
sel dapat terjadi pada bilur yang terlokalisasi sekitar titik infeksi
atausecara teratur pada bagian-bagian tanaman lainnya, seperti buah dan biji
atau daun yang terlindung. Contohnya, Turnip Mosaic Virus menyebabkan
nekrosis pada bagian dalam daun tanaman kol. Pengurangan ukuran tanaman
(pengerdilan, pengecilan) adalah gejala umum infeksi virus yang biasanya
dijumpai berkombinasi dengan gejala lainnya. Pengerdilan dapat terjadi di
seluruh tanaman atau terbatas pada bagian tertentu seperti meristem pucuk.
Gejala ini mungkin sulit diamati, kecuali jika tanaman yang terinfeksi virus
tumbuh berdampingan dengan tanaman sehat. Bean Common Mosaic Virus dan Strawberry
Latent Ringspot Virus merupakan dua di antara virus-virus yang dapat
mengakibatkan pertumbuhan abnormal, yaitu
distorsi pada daun dan
batang tanaman inang yang terinfeksi. Kedua virus ini menyebabkan daun
kacang-kacangan dan seledri menjadi seperti sabuk. Pertumbuhan abnormal muncul
karena tidak adanya keseimbangan hormon dalam daun. Distorsi dan
ketidaknormalan lainnya termasuk proliferasi sel, seperti pada batang coklat
yang terinfeksi Cacao Swollen Shoot Virus. Pertambahan jumlah sel yang
berlebihan disebut hiperplasia, sedangkan pertambahan ukuran sel disebut hipoplasia.
Contoh hipoplasia adalah terjadinya lubang-lubang pada batang jeruk disebabkan
oleh Citrus Tristeza Virus.
Beberapa virus menimbulkan
pertumbuhan seperti tumor (enasi dan tumor)pada daun dan akar. Pertumbuhan pada
daun disebut enasi yang tampak seperti kutil, dan dapat terjadi di permukaan
atas dan bawah daun. Gejala enasi dapat dijumpai pada tanaman kapri yang
terinfeksi Pea Enation Mosaic Virus (PEMV). Seperti pada distorsi batang
dan daun, tumor terjadi sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan hormon
yang diinduksi virus, yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel abnormal.
Perubahan warna pada daun mahkota dan bunga tulip adalah salah satu penyakit
virus yang dipertelakan pertama kali dalam abad ke-17.
Penyakit yang disebabkan
virus mosaik pada tulip ini menghasilkan keanekaragaman warna pada bunga tulip.
Umbi yang terinfeksi virus dihargai tinggi oleh para petani di Negeri Belanda
dan penyakit ini sampai sekarang masih dimanfaatkan. Turnip Mosaic Virus dan
Bean Yellow Mosaic Virus berturut-turut dapat menyebabkan perubahan
warna pada stok dan gladiol. Infeksi virus dapat mengakibatkan jumlah buah yang
sedikit, kecil atau bentuknya tidak baik. Misalnya Cucumber Mosaic Virus dapat
mengakibatkan buah ketimun yang cacat. Demikian pula, infeksi tanaman selada
oleh Lettuce Mosaic Virus dapat sangat mengurangi produksi biji. Juga
serbuk sari tanaman yang terinfeksi virus seringkali steril atau kelangsungan
hidupnya dapat terganggu.
Kerusakan kloroplas sel dan
proliferasi sel yang abnormal telah dikemukakan di atas. Walaupun demikian, ada
perubahan sitologi dan histologi lainnya yang terjadi, misalnya ‘jasad
kepungan’ (inclusion bodies) yang disebabkan oleh virus. Beberapa jenis
virus telah diamati dalam inti sel tanaman. Banyak virus menyebabkan perubahan
di dalam kloroplas, kebanyakan mengakibatkan penurunan daya biokimia dan
struktur, yaitu kehilangan warna dan bentuk. Perubahan histology lainnya
termasuk pengurangan atau penambahan jumlah sel, nekrosis sel internal, terbentuknya
lignin pada unsur xilem, dan degenerasi serta kematian sel floem. Virus dapat
tertimbun dalam jumlah besar di dalam sel, membentuk ‘jasad kepungan’, yang
hampir seluruhnya dapat terdiri atas partikel virus. ‘Jasad kepungan’ dapat
terbentuk di dalam inti sel, tetapi biasanya di dalam sitoplasma. Partikel
dapat tersusun secara acak, berdampingan, ujung dengan ujung, atau dalam kisi-kisi
tiga dimensi.
Tanaman yang tidak
memperlihatkan gejala infeksi virus tidak berarti bahwa tanaman bebas virus.
Virus dapat menginfeksi inang tertentu dan memperbanyak diri di dalam sel inang
tanpa memperlihatkan gejala yang dapat dilihat. Infeksi laten sangat umum
dijumpai pada tanaman liar dan gulma. Virus dapat bertahan hidup terus pada
inang pengganti yang kemudian dapat ditularkan kembali pada tanaman hortikultura
dan tanaman pertanian oleh serangga pengisap cairan. Perkembangan gejala penyakit
virus seringkali beragam bergantung kepada galur virus dan gen mematikan yang
dimilikinya. Tanaman inang itu sendiri mungkin resisten, toleran, atau rentan
terhadap infeksi virus. Demikian pula, umur tanaman dan saat infeksi memainkan
peranan penting dalam penampakan gejala. Umumnya,
tanaman muda lebih rentan
terhadap infeksi dan tanaman yang tua lebih toleran.
Infeksi yang lebih awal
juga cenderung mengakibatkan hilangnya hasil panen yang lebih besar daripada
infeksi yang terjadi kemudian. Perkembangan gejala virus seringkali lambat pada
suhu tinggi, sebab perbanyakan virusnya biasanya terhambat. Walaupun demikian,
suhu tinggi juga dapat mengurangi kemampuan tanaman inang melawan infeksi, dan
segera setelah suhu turun, infeksi dapat berlangsung dengan cepat. Tanaman yang
tumbuh dengan intensitas cahaya yang tinggi, kurang peka terhadap infeksi
daripada tanaman yang tumbuh dengan intensitas cahaya rendah. Juga, tanaman
yang tumbuh pada tanah yang subur seringkali lebih rentan terhadap infeksi
virus. Kadar nitrogen yang tinggi, misalnya, dapat menyebabkan tanaman lebih
rentan. Gejala penyakit yang berasosiasi dengan infeksi virus seringkali sangat
mirip dengan gejala kekurangan hara atau keracunan kimia seperti kerusakan oleh
herbisida. Ada
dua cara untuk menyingkirkan ketidakteraturan hara atau ketidakseimbangan
kimia, yaitu:
Perhatikan distribusi
tanaman yang terjangkit penyakit. Umumnya dalam hal ketidakteraturan hara,
tanaman akan dipengaruhi menurut pola yang berasosiasi dengan tipe tanah atau
penggunaan zat kimia. Virus yang paling sering disebarkan oleh vektor, biasanya
mempunyai distribusi mengelompok atau menunjukkan kecenderungan dekat dari
sumber infeksi, misalnya gulma; Demostrasikan pemindahan gejala dengan menggunakan
okulasi atau pemindahan cairan secara mekanis dari tanaman yang diduga
terinfeksi virus ke tanaman yang sehat dalam kondisi percobaan. Hal ini
merupakan tahapan pertama dalam penggunaan postulat Koch untuk menentukan
penyebab penyakit.